LOKASI IKLAN ANDA

Kamis, 13 Januari 2011

SELAYANG PANDANG

Wayang sebagai sebuah tontonan dan pagelaran pertunjukkan ternyata saat ini mulai sedikit demi sedikit ditinggalkan oleh para penikmatnya. Anggapan sebuah pertunjukan yang sudah ketinggalan zaman menjadi suatu permasalahan yang harus dicari solusinya agar seni wayang bisa mendapatkan kembali respon yang positif dari para penonton. Wayang harus bisa kembali menunjukan eksistensinya ditengah maraknya persaingan industri pertunjukan saat ini. Wayang harus bisa mengemas suatu tontonan yang menarik, sehingga mampu bersaing dengan tontonan-tontonan yang disiarkan oleh media-media lainnya.

Anggapan bahwa wayang hanyalah tontonan para orang tua harus bisa diubah, karena sebenarnya wayang jika dikemas secara menarik dapat pula menjadi suatu tontonan yang bisa dinikmati semua orang dari berbagai macam kalangan dan usia. Saat ini, merupakan tugas yang sangat berat bagi para dalang agar dapat mengubah paradigma wayang yang bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat luas khususnya para generasi muda. Karena kepada siapa lagi warisan kesenian wayang ini diberikan jika bukan kepada generasi muda. Salah satu upaya mengembalikan kejayaan wayang, para dalang harus mampu membuat suatu pertunjukan wayang yang bisa mencuri perhatian para generasi muda, karena saat ini para generasi muda tersebut lebih menyukai tontonan-tontonan yang lebih simpel dan modern, mereka tidak begitu tertarik dengan tontonan-tontonan yang berbau tradisi karena mereka anggap sudah terlalu kuno dan ketinggalan zaman. Alangkah sedihnya jika suatu hari kesenian tersebut punah dimakan oleh zaman. Oleh karena itulah dituntut sebuah inovasi dan terobosan-terobosan baru dari para pelaku seni wayang untuk menciptakan sebuah karya yang lebih menarik dengan tujuan mengembalikan kejayaan dunia perwayangan.

Menurut dalang Ki Catur”Benyek”Kuncoro, saat ini generasi muda lebih tertarik dengan suguhan-suguhan tontonan dari kebudayaan asing, seperti film-film di bioskop dan kartun-kartun animasi di televisi. Sungguh sangat menyedihkan memang, jika sebenarnya kita juga punya potensi petunjukan yang bisa di banggakan, contohnya saja wayang, tetapi kenapa malah para generasi muda tidak tertarik sama sekali dengan pertunjukan wayang tersebut, padahal cerita-cerita di dunia wayang tidak kalah menariknya dengan cerita-cerita yang ditawarkan oleh industri pertunjukan modern yang ada saat ini. Sudah saatnya kita mengenalkan sejak usia dini kepada para generasi muda tentang kesenian-kesenian peninggalan budaya nenek moyang bangsa kita. Diharapkan dengan mengenalkan kepada mereka kebudayaan peninggalan nenek moyang bangsa kita akan menimbulkan perasaan cinta dan perasaan memiliki kepada kebudayaan tersebut yang selanjutnya ketika perasaan cinta dan memiliki itu sudah tumbuh di dalam pikiran dan kehidupan mereka akan menimbulkan perasaan keinginan untuk terlibat secara langsung dalam proses berkesenian.

Dengan melihat situasi tersebut, akhirnya dalang Ki Catur”Benyek”Kuncoro melakukan inovasi-inovasi terhadap kesenian wayang. Sudah saatnya kita mengenalkan dunia wayang kepada para generasi muda, dengan menyesuaikan cerita-cerita wayang berdasarkan pola pikir dan kemauan mereka sesuai zamannya. Kegelisahan dalang Ki Catur”Benyek”Kuncoro terhadap dunia seni wayang ternyata mampu menghasilkan ide-ide kreatif yang tujuannya yang tidak lain untuk memajukan dunia kesenian wayang walaupun dia harus berani menafsirkan cerita-cerita perwayangan dengan cara yang sedikit berbeda dengan para dalang wayang lainnya. Beliau beranggapan dalam seni tradisi seperti wayang, tugas sang dalang adalah untuk selalu memperbaharui tafsir dan cara mentransformasikan lakon (sanggit) agar selain enak ditonton juga kaya akan ”piwulang”. Menjaga kontekstualitas dengan persoalan-persoalan makro maupun mikro telah mentradisi dari zaman ke zaman. Sehingga pertunjukan wayang bisa dijadikan contoh alat yang sangat ampuh untuk mentransformasikan masalah-masalah masyarakat kontemporer. Di sana, prolog, logos, dan epilog telah terbakukan secara tradisi, tetapi anehnya malah mudah mencair dan masuk ke dalam ruang kontemporer dengan sangat mudah. Dari dulu Dalang dalam suatu pertunjukan itu mempunyai peranan penting. Ia adalah penyaji refleksi kehidupan masa lampau, masa kini dan petunjuk untuk masa depan bagi masyarakat. Refleksi itu disampaikan kepada masyarakat (penonton). Dalang juga membeberkan kritik, ramalan dan analisis kepada masyarakat lewat lakon-lakon yang dipegangnya. Saat ini dunia wayang haruslah mampu membangun ”kesinambungan” proses membuat kesenian tradisi agar selalu menemukan nilai-nilai barunya, agar ia hadir bukan sebagai barang antik kehidupan modern, tetapi sebagai cermin proses sejarah dan sebagai roh tindak laku kontemporer.” (Suka Hardjana dalam buku: Musik Antara Kritik dan Apresiasi, hal. 64: Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Juli 2004). Di sini jelas sudah apa yang menjadi misi seni kontemporer, tidak lain adalah membantu masyarakat modern menemukan kembali kesadarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LOKASI IKLAN ANDA